Full width home advertisement

Travel the world

Climb the mountains

Post Page Advertisement [Top]

Keseharian Miss Indonesia 2015, tak melulu berkaitan tentang kecantikan fisik semata. Baginya kecantikan fisik bukan soal nomor satu.
Dalam keseharian Miss Indonesia 2015, Maria Harfanti (25) tak melulu berkaitan tentang kecantikan fisik semata. Karena bagi Maria kecantikan fisik tak ada artinya tanpa perilaku terpuji pula.
“Cantik itu juga jika kita punya ketulusan dalam hati untuk bisa aktif dalam lingkungan kita, kalau kita punya potensi ya manfaatkan, terus berkarya,” kata Maria saat ditemui beberapa hari lalu di Sentul, Jawa Barat. 
Maria mengingat semangat berbagi ini yang selalu diajarkan orang tuanya sejak kecil. “Papa dan mama sejak saya kecil selalu bilang apa yang kamu punya bagilah ke orang lain. Makanya ketika saya kuliah saya berusaha ikut kegiatan internasional untuk bisa mengajar.  Saya dapat di pedalaman China. Dari situ saya malah baru tahu saya punya passion untuk mengajar,” kata Maria
“Intinya kalau papa juga bilang menjalani hidup itu harus ‘aim high and keep humble’. Boleh bercita-cita tinggi sedikit tapi ingat orang-orang di belakang kita yang mendukung kita. Tidak mungkin sukses tanpa orang di sekeliling kita,” kata Maria. 
Selama 1,5 bulan berikutnya minus masa training, Maria harus mengajar sejumlah anak kecil usia 10-15 tahun di Tuping, Guizhou China. Maria mengajar bahasa Inggris dan keterampilan seperti melipat kertas membuat main dengan bahan yang ada.
Di sekolah di Tupin itu Maria berusaha berbesar hati menghadapi karakter anak yang berbeda-beda. “Jadi disana itu anak kelas 1-3 SMP dengan rentang usia 10-15 tahun duduk di satu-satunya di SMP setempat. Disana saya mengajar bahasa Inggris dan keterampilan,” kata Maria. 
“Anak-anak ini kan kalau  diajak belajar suka tidak mau. Maunya main, kalau saya mengajar keterampilan mereka suka. Begitu bahasa Inggris mereka seperti enggan,” kata Maria mengenang.
Maria kemudan pasang strategi, saat anak-anak mulai enggan belajar dia memberikan hadiah sebagai imbalan untuk anak-anak yang rajin belajar. “Hadiahnya kecil-kecil seperti pensil batik dan wayang-wayangan kecil. Ternyata cara ini cukup berhasil,” kata Maria mengenang. 
  

(CNN Indonesia/Utami Widowati)

Bottom Ad [Post Page]